Contoh cerpen
CINTAKU
BAGAI BUMERANG
18 bulan sudah aku menjalin hubungan dengan Arya.
Aku berpacaran dengannya sejak dia duduk di bangku kelas 8 dan aku baru kelas
7. Kami tidak sekolah di satu SMP sehingga kami tidak sering bertemu. Walaupun
begitu komunikasiku dengannya selalu lancar dan bisa menjaga hubungan kami
dengan baik.
Malam ini aku bertengkar dengan Arya. Dia menagih
janjiku. Aku memangpernah berjanji jika nem-nya
bagus, aku mau di ajak maen. Itu semua aku lakukan untuk memotivasi dia agar
dia rajin belajar dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Aku membicarakan hal
ini lewat SMS.
‘’Iya aku mau
tapi aku kan nggak mau kalo mainnya jauh. Pokoknya aku belum berani.”
“Terus ke mana?”
“Ya aku maunya
nggak usah jauh-jauh. Yang deket kan banyak.”
“Ah yaudahlah terserah!”
Adi memang akhir-akhir ini selalu egois. Dia hanya
mementingkan kesenangannya. Harusnya dia tahu kalau aku pasti tidak diijinkan
orang tuaku, tapi dia tetap saja marah-marah.
***
Hari ini acara di sekolahku adalah classmeeting.
Aku melihat pertandingan bola basket bersama Vera,Jane, Via dan temanku yang
lain.
“Kamu kenapa sih? Dari tadi kok mukannya nggak enak
gitu?” Tanya Via yang melihatku susah ketika aku sedang membaca SMS.
“Lagi berantem sama Arya tuh!” sahut Vera.
“Hah? Kenapa lagi emang?” Jane menyambung.
“Tanya aja sama orangnya.” Jawab Vera singkat.
Aku tetap diam. Susah untuk mengungkapkan
kekesalanku terhadap Arya. Aku selalu sabar menghadapinnya, tapi dia sulit
mengerti aku.
Ketika pertandingan bola basket usai, aku dan
teman-temanku beralih menonton pertandingan sepak bola. Kebetulan yang main Adit,
teman yang akhir-akhir ini selalu menghibur kegalauanku karena Arya. Sambil
tetap berusaha menanggapi Arya, aku mulai bercerita pada teman-temanku.
“Aku capek sama Arya, dia marah-marah terus.
Masalah sepele selalu di besar-besarin.” Ucapku lirih.
“Ya udah lah ya, kalo emang kaya gitu kenapa di
pertahanin? Putus aja!” kata Vera.
“Iya Din, daripada nanti kamu juga cuma mikirin dia
dan ngeganggu konsentrasi belajar kamu.” Saran Via.
Memang benar kata teman-temanku. Aku terbebani
dengan masalah ini. Aku sudah lelah dengan sikapnya yang kekanak-kanakan.
Akhirnya hari ini juga, lewat SMS aku meminta pada Arya untuk mengakhiri
hubungan kami.
“Tapi Din, aku
sayang banget sama kamu. Kamu nggak bisa dong mutusin aku gitu aja.”
Kumatikan handphoneku.
Aku menangis sejadi-jadinya. Sebenarnya aku juga sangat menyayanginya, tapi aku
ingin dia berubah supaya lebih dewasa. Teman-teman berusaha menghiburku di
dalam kelas.
“Din, itu sudah menjadi keputusanmu. Nggak perlu di
tangisin. Mungkin emang ini jalan terbaik. Kita masih sangat dini untuk
menangis karena cinta. Ayolah move on!
Biar dia juga tau introspeksi diri. Lihat tuh, Adit nge-goal-in.” Hibur Vera.
“Eh Din, nggak ada salahnya kan kamu pacaran sama
Adit?” kata Jane polos.
“Jane!!! Orang baru putus juga, gila lo!” Vera
menyalahkan Jane.
“Tapi kan nggak ada salahnya juga kalo Diana mau
ngenal lebih jauh Adit.” Sambung Via.
“Sudahlah sobat! Jangan terlalu dipikirkan.” Vera
mengelus punggungku.
Tidak bisa ku pungkiri, bahwa akhir-akhir ini aku
terhibur dengan kedatangan sosok Adit ke dalam kehidupanku. Adit memang lebih
dewasa dan lebih mengerti aku. dan itu membuatku kesengsem dengannya.
***
Dua hari sudah aku tidak berhubungan dengan Arya.
Dan dua hari sudah Adit selalu menemani hari-hariku yang sepi. Dia juga turut
menghibur dan membantuku untuk melupakan Arya. Hari ini adalah malam minggu,
aku SMS-an dengan Adit. Awalnya, aku
hanya SMS-an biasa dengannya sampai larut malam. Tiba-tibadia menghilang tak
membalas SMS-ku. Ketika aku hendak
tidur, handphone-ku bergetar.
Ternyata SMS dari Adit. Dia
mengungkapkan perasaannya kepadaku. Dia mengatakan bahwa sebenarnya sudah lama
dia menyukaiku, bahkan sejak aku masih pacaran dengan Arya. Dia memintaku untuk
menjadi kekasihnya. Hatiku berbunga-bunga bercampur bingung. Lalu aku mengirim SMS pada Vera.
“Ver, Adit nembak aku. Gimana nih??”
“Kamu kan juga suka sama dia, coba
aja diterima.”
“Iya sih, tapi aku mau mikir-mikir
dulu ah!”
“Ya deh, yang penting kamu seneng
aku juga ikut seneng.”
Aku meminta waktu pada Adit untuk
member jawaban. Dia pun meng-iya-kan. Aku merasa bahagia malam ini, sampai aku
tidur terlalu larut.
***
Sepulang dari gereja, aku berjalan
ke rumah sambil memikirkan jawaban untuk Adit. Aku ingat kata Vera bahwa
perbedaan tak boleh menjadi halangan untuk sebuah perasaan. Dia memang benar,
mungkin aku dan Adit bisa saling melengkapi. Walaupun kami berbeda keyakinan,
aku memutuskan untuk mencoba menjalani hubungan dengan Adit. Hari ini juga, 27
Juni 2010 aku resmi berpacaran dengan Adit.
Hariku semakin berwarna dengan
kehadiran Adit, sosok yang bisa memahamiku, selalu bisa membuat aku bahagia.
Dia sangat menghormati perbedaan di antara kami. Setiap minggu dia
mengingatkanku untuk pergi ke gereja meskipun aku tak pernah lupa. Begitu juga
aku selalu mengingatkannya supaya tidak lupa sholat. Aku merasa beruntung
memiliki dia.
***
Harusnya besok adalah hari jadianku
dengan Adit yang ke 11 bulan. Tapi ternyata semua itu hanya mimpi setelah aku
tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata dia memiliki wanita lain selain aku.
Aku mengetahui semua itu dari teman-teman dia, dari facebook dan dari sikapnya yang akhir-akhir ini berubah. Dia bukan
lagi Adit yang dulu aku kenal.
“Adit, aku dah tau semuanya, lebih
baik kamu tinggalin aku meskipun aku sudah terlanjur terlalu cinta ma kamu. Aku
rela walaupun aku merasakan sakit yang begitu mendalam. Makasih udah bikin
hari-hariku lebih berwarna dengan kehadiranmu ke dalam hidupku.” Kataku sambil
menahan air mata yang hampir menetes.
“Tapi Din??semua itu nggak bener,
kamu cuma di bohongin sama temen-temenku.” Jawab Adit berusaha menjelaskan.
“Aku nggak bisa, ini dah jadi
keputusanku. Bye.” Kataku sambil berjalan
meninggalkan dia.
Memang semua itu menyakitkan, tapi
mungkin inilah jalan terbaik. Aku berusaha melupakan Adit karena aku tidak mau
terlalu larut dalam kesedihan.
Semenjak putus dengan Adit, Arya
mendekatiku lagi dan ternyata ia dapat mengobati lukaku yang begitu
menyakitkan. Selama 1 bulan lebih dia selalu menemaniku di saat aku butuh.
Kebetulan aku akan masuk di SMA yang sama dengan Arya. Aku sering bertanya
informasi tentang pendaftaran siswa baru di SMA itu. Dengan begitu, aku menjadi
semakin dekat dengannya.
***
Genap
2 hari aku bersekolah di SMA yang sama dengan SMA Arya. Aku masih mengikuti
kegiatan mos seperti biasanya yang dilakukan di setiap sekolah setelah
penerimaan siswa baru. Aku masih belum banyak mengenal orang-orang di
sekitarku.
Tett…tetttt…tettttttt…..suara
bel pulang berbunyi. Waktunya mengakhiri kegiatan mos hari ini dan segera
meninggalkan sekolah untuk pulang.
“Gimana
rasanya bisa masuk di sini?” Tanya Arya menghampiriku.
“Seneng
banget lah.” Jawabku singkat.
“Wah,
aku juga seneng kalo tiap hari bisa bareng kamu ke sekolah.” Kata Arya.
“Ah
kamu bisa aja. Pulang yuk!” jawabku malu dan mengajaknya untuk segera pulang.
***
Pagi
menjelang, saatnya kembali berangkat ke sekolah. Aku berangkat bersama Arya.
Ketika di jalan, tiba-tiba Arya bertanya kepadaku.
“Din,
setelah hampir satu tahun kita berpisah, apa kamu masih ada rasa sama aku?”
“Em,
gimana ya??ya gitu lah.” Jawabku malu-malu.
Arya
terdiam, mungkin dia berusaha mencari arti dari jawaban yang aku berikan. Aku
memang bingung jika ditanya tentang itu.
Siangnya
aku juga pulang bersama Arya. Setelah sampai di sekolah, tiba-tiba Arya SMS aku.
“Din, sebenarnya aku masih sayang sama kamu,
walaupun kamu dulu tinggalin aku.” Aku bingung dengan perkataan Arya.
“Yang bener?”
“Bener, aku sebenarnya masih nyimpen rasa ke kamu.”
“Lha cewek kamu gimana?”
“Aku udah putus sama dia.”
Aku
tak membalasnya lagi karena aku juga bingung harus menjawabnya apa dan
kebetulan bel masuk sekolah sudah berbunyi.
Pukul
15.00 Arya menyatakan kembali cintanya dan mengajakku balikan.
“Din,
aku masih sayang banget sama kamu, kamu mau nggak balika sama aku?aku janji
nggak akan ngecewain kamu lagi.” Pintanya memohon.
“Gimana
ya? Kayaknya aku nggak bisa deh.”
Dia
terus berusaha meyakinkanku. Dan akhirnya aku menerima Arya kembali mengisi
hatiku.
“Makasih
ya Din.”katanya sambil tersenyum kepadaku.
“Iya,
sama-sama.” Jawabku sambil membalas senyumnya.
Hari
demi hari kulalui bersama Arya. Aku yakin Arya bisa membantuku untuk melupakan
Adit. Aku juga yakin bahwa Arya tidak akan mungkin setega Adit yang menduakan
cintaku. Semakin hari aku semakin bisa kembali menyayangi Arya dengan sepenuh
hatiku. Setiap hari aku berangkat dan pulang sekolah bersama Arya. Seringkali
saat di jalan dia membuatku tertawa. Dia memang humoris, mungkin itu juga yang
membuat aku jatuh cinta padanya.
“Arya,
kamu sayang bener kan sama aku?” tanyaku membuka pembicaraan.
“Bener
lah sayang, masak aku cuma main-main.” Jawabnya manis.
Mungkin
dari setiap perkataan Arya itu yang membuatku semakin percaya dan semakin
menyayangi dia.Aku berharap cintaku dan Arya takkan pernah luntur meski banyak
rintangan di depan.
Pengarang :
FRANSISKA DIANA PUTRI
Unsur
intrinsik cerpen :
1.
Tema : Cinta
2.
Tokoh : - Aku
(Diana)
-
Adit
-
Arya
-
Vera
-
Via
-
Jane
3.
Setting : di jalan,
di sekolah
4.
Peristiwa : kisah
cinta antara aku dan Arya yang penuh dengan lika-liku hingga akhirnya hubungan
kami harus berpisah untuk sementara dan aku menemukan cinta yang baru yaitu
Adit. Aku kecewa dengan Adit karena adanya orang ketiga. Lalu aku kembali ke
pelukan Arya dan menjalin hubungan yang romantis bersama Arya.
5.
Konflik : - Arya
yang semakin egois
-
Aku putus dengan Arya
-
Bertengkar dengan
Adit karena orang ketiga
6.
Rincian cerita :
© Aku bertengkar dengan Arya
© Aku putus dengan Arya
© Aku semakin dekat dengan Adit
© Aku jadian dengan Adit
© Adit bisa membuatku melupakan Arya
© Aku bertengkar dengan Adit karena orang ketiga
© Aku berusaha melupakan Adit dengan menerima Arya
kembali
© Aku menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya bersama
Arya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar